Ketika Tuhan Dipertanyakan dan Dipertaruhkan Cetak
Ditulis oleh Administrator   
Kamis, 11 Pebruari 2010 17:09

Oleh : Elvan Syaputra *)

“I've faced the spatial Rini before entering the work he's right ...... I am not lying” ucap seorang praktisi dalam sebuah perbankan International dalam sebuah film salah satu produksi Negara Amerika, seraya meyakinkan bahwa tugasnya sudah rampung. Akan tetapi rasa tidak puas atas apa yang dilakukan diisbatkan lagi dengan kalimat Demi Tuhan (dengan nama Tuhan) benar sudah kamu kerjakan.

Dari ungkapan kasus diatas, menerangkan bahawasanya, fakta dan realita terhadap suatu argument yang menjawab definisi dan mengungkap kebenaran semakin marak dikalangan masyarakat. Menggunakan identitas atau syimbol dari sebuah keyakianan bukan lagi termasuk wilayah sacral(sacral region), dalam norma keagamaan kata-kata ataupun kalimat tuhan merupakan suatu kalimat yang suci melambangkan keesaaan dan kebesaran sebuah dzat yang maha sempurna dalam Islam, Wallahi, Biismillah, Demi Allah.

Bersumpah dengan menggunakan syimbol keagamaan merupakan sebuah janji yang meyakinkan atas apa yang dilakukan dan apa yang ia perbuat dengan jaminan Agama, Symbol dan norma. Nama tuhan(The God), menjadi sasaran empuk sebagai jaminan terealisasinya sebuah janji ataupun bukti dari hasil yang dikerjakan. Inilah benih-benih sesat(seed astray) yang dipengaruhi oleh norma dan prilaku barat, hegemoni barat merasuk deras kedalam pola pikir masyarakat, tidak terkecuali dunia. Karena jajahan dan hegemoni barat merupakan salah satu upaya ultimatum barat dalam menghancurkan dunia Islam(destroy the Islamic world).

Dalam kasus lain nama tuhan dilecehkan dengan menjadikan sebuah ritual pemenggalan manusia pendusta dan penjilat dosa atas ulah tuhan. Bagi mereka, tuhanlah dibalik semua perseteruan sesama manusia dimuka bumi ini(human feud). Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri pada zaman moderenisasi saat ini adalah, darah korban tak berdosa, darah segar manusia penuh cinta dan hormat yang memperjuangkan martabat pluralitas demi integrasi antara manusia, yang saling mencintai menjadi sebuah pertaruhan kematian sesama manusia. Keesaan tuhan terhadap apa yang diciptakanya merupakan sebuah bukti yang kongrit atas kenistaan yang dibuat oleh manusia sendiri agar terlepas dari belenggu agama yang meyakini bahwa tuhan adalah cikal bakal kejadian saling membunuh. Jadi mereka meyakini bahwa tidak ada salahnya dan tidak ada dosa untuk menjadikan nama tuhan atau tuhannya sekaligus sebagai sebuah jaminan atau taruhan untuk kepentingan pribadi yang tidak jelas maksud dan tujuannya.

Tuhan bagi mereka hanyalah lebel belaka , yang menuai sebuah perperangan ideology dan fisik antar sesama manusaia yang ia ciptakan. Manusia tidak lagi menjadi sebuah karunia yang abadi, dimana timbulnya rasa saling peduli, mencintai, toleran dan saling membantu, hidup dalam lingkup kebebasan yang tanpa batas, meyakini realitas hidup adalah tumpu dari tujuan hidup didunia.

Menurut Karen Armstrong ''cara pandang barat terhadap realitas tuhan adalah awal Barat mengembalikan jati dirinya, saat pribadi Yesus telah mengubah agama Kristen dalam pemikiran Barat menjadi individu yang disembah secara alamiah. Dalam pandangan para penganut agama, Tuhan diubah menjadi pribadi atau Tuhan dalam gambaran individu yang telah mengorbankan darahnya bagi seluruh kesalahan mereka yang telah dan yang akan datang.'' Akan tetapi keyakinan atas pengorbanan barat terhadap tuhan mereka hanyalah sebuah bingkai cerita yang lampau bagi mereka, hingga akhirnya barat terjatuh kedalam kubangannya sendiri. Merealitaskan pengorbanan tuhan dan mendustakan tuhan mereka sendiri dengan pola pikir kebebasan, tuhan bagi mereka adalah syimbol umum bagi sebuah agama.

Fenomena penistaan tuhan atau agama lebih umumnya dapat mencemarkan identitas dari sebuah wujud keberagamaan, apalagi pelecehan terhadap nama tuhan yang dijadikan syimbol dari sebuah perbuatan keji. Ungkapan-ungkapan tuhan yang terkesan menjadikan lafadz suci itu sebagai taruhan bagi mereka merupakan suatu ungkapan yang bijak bagi sebuah subjek pencetus objek. Inilah yang terjadi dalam tatanan agama dan kehidupan, dimana subjek sangat rentan pengaruhnya atas pemikiran ala barat.

Sesungguhnya pemikiran Barat modern(modern Western thought) tidak mampu mempersembahkan tafsir materi atau rasio apapun terhadap kebesaran dan keesaan tuhan dalam sebuah agama, tidak ada interpretasi realitas yang meyakinkan, kecuali dengan melempar celaan dan kebencian terhadap tuhan dan agama.

Kejumukan barat terhadap agama khusunya agama Islam menjadikan sebagian aliran kiri barat melepaskan diri dari belenggu agama sehingga menjadi atheis (anti agama, anti tuhan) atau ne croient pas en Dieu et la religion dalam bahasa prancis, tuhan bagi mereka adalah diri mereka sendiri, mereka penunjuk masa depan dan penentu taqdir. Tuhan hanya bertugas untuk menciptakan selebihnya adalah tugas manusia dan ketika manusia telah berada pada posisi kehidupan yang nyata, selesailah tugas tuhan sehingga mereka mengatakan tuhan pension(dieu de la retraite).

Kembali lagi barat terselubung ke dalam kubangannya sendiri, barat mengatakan tuhan pension, akan tetapi sejatinya mereka masih tetap memakai nama tuhan sebagai jaminan atau taruhan dalam hidup mereka, walaupun sekedar sebutan, namun apa yang mereka ucapkan dapat menjadi bukti, bahwa, tuhan bagi mereka sejatinya tidak pension namun dapat menjadi jaminan atau hal yang dipertaruhkan. Dimana letak logika barat saat ini, mereka menafikan logika dalam berimajinasi, mereka jongkok dibawah pola pikir mereka sindiri. Sebenarnya ada apa dengan barat, ataukah ini hanya strategi bagi mereka atau sebuah argument yang sungguhan.

Maka, dari pada itu semua, dengan rancunya pola pikir barat yang dalam hal ini cara pandang(worldview) dan ideology, menunjukan kekeliruan dan kemunafikan barat terhadap realitas keagamaan yang memandang tuhan hanya sekedar syimbol, dan agama adalah wadah pembelenggu kebebasan manusia semata. Inilah-benih benih hegemoni barat yang harus dengan sigap dicermati dan dibentengi dengan pola piker dan pandangan hidup Islam karena Islam adalah ilmu dan peradaban.


*Penulis adalah Peneliti Muda Centre for Islamic and Occidental Studie


Sumber: Institut Manajemen Masjid